Ketika aku hendak masuk ke kelasku, aku melihat anak baru di ruangan itu. Seorang gadis cantik yang pendiam dan menyendiri. Hanya anehnya, aku melihat tidak ada kebahagiaan dalam dirinya. Mungkin, dia tidak senang dengan lingkungan sekolah barunya ini. Atau, mungkinkah ada hal lain yang membuatnya begitu bersedih hati?
Gedung Sekolah |
Setelah usai sekolah, aku mengikutinya kemana dia pulang. Aku tahu ini suatu bentuk pelanggaran. Tapi, aku benar- benar penasaran siapa gadis ini sebenarnya.
Aku mengikuti gadis itu yang berjalan melintasi gang kecil. Tapi, tiba-tiba saja langkahnya berubah menjadi cepat sekali sehingga aku tertinggal olehnya. Kini, aku takut dia menyadari keberadaanku yang sedang menguntitnya yang membuatnya semakin menambah kecemasannya.
Tapi, usahaku tidak terhenti begitu saja. Esok harinya, aku bertekad mencari informasi lebih tentang gadis itu. Aku tahu ini keterlaluan. Tapi, aku penasaran sekali. Apa yang terjadi dengan gadis yang penuh dengan rahasia itu.
• • • • • •
Keesokan harinya, Setelah pulang sekolah, aku mengikutinya lagi. Kali ini aku mengikutinya hingga ke pesawahan. Lalu kulihat dia berhenti dan duduk di bawah pohon sambil menatap kosong pemandangan yang luas terbentang didepannya. Terkadang, terlihat dia menyeka airmatanya. Sungguh mengherankan.
Aku memperhatikannya dari balik pohon besar yang tak jauh dari tempat persinggahannya. Aku sudah memperhatikannya entah berapa lama. Tiba-tiba…
“Aduh... Aduh...” sembari menahan teriak, aku singkirkan semut-semut yang tidak terasa dari tadi telah mengerubutiku.
Setelah tangan dan kaki bersih dari gangguan serangga merah barusan, tatapanku kembali terarah ke tempat dimana gadis itu terduduk. Akan tetapi, sekarang aku tidak melihat siapa-siapa disana. Gadis itu telah meninggalkan tempatnya tanpa sepengetahuanku.
Kekecewaan kembali menderaku. Aku pulang dengan hati yang penuh teka-teki. Akhirnya, kuputuskan untuk mendekatinya esok hari. Akan aku cecar dia dengan beribu-ribu pertanyaan. Tapi, apa urusanku ya?
• • • • • •
“Ma'af...!” suara lembut nan merdu mengangetkanku ketika aku sedang berada dipintu dan melongok kedalam kelas yang pagi ini terlihat masih sepi.
Ketika aku menoleh kebelakang, ternyata gadis itu sudah berdiri disitu. Dengan tergopoh-gopoh aku memberi dia jalan dan menuju kebangkunya.
“mungkin... Inilah kesempatanku mendekatinya dan mengetahui siapa dia sebenarnya...” gumanku dalam hati.
Aku nekad masuk keruangan itu itu walaupun tempat ini bukan kelasku.Ketika pas didekatnya, aku duduk dibangku yang ada dibelakangnya. Dia tetap tidak bereaksi dengan Kepala menunduk. Lalu aku mencoba mengatakan sesuatu.
“Eng... Anu... Eng...” belum sempat kuteruskan perkataanku, terdengar suara yang lembut keluar dari mulutnya.
“apakah Kamu yang kemarin ngikutin aku terus?” Aku tercekat oleh perkataannya. Lalu, mengangguk ragu walaupun dia tidak melihatku.
“Apa yang Kamu inginkan dariku?” dia bertanya lagi. Suaranya datar dan kepalanya tetap menunduk. Aku terdiam. Bukannya tidak mendengar, hanya saja aku tidak tahu akan menjawab apa.
“Kenapa kamu tidak menjawab?” pertanyaanya kali ini membuatku terpaksa mengutarakan maksud hatiku. ketika aku membuka mulut hendak menjawabnya,
“tapi percuma... Tidak ada yang bisa menolongku... Hu.. Hu” tiba-tiba dia menangis pilu. Akupun menjadi heran, bingung, serta terdiam tanpa bisa berbuat apa-apa.
• • • • • •
Setelah beberapa saat lamanya, tangisnya mulai reda. Dan, aku berniat mengurungkan niatku untuk bertanya-tanya tentang dirinya. Disaat aku hendak beranjak dari tempat dudukku,
“tolong... jangan pergi...” kali ini suaranya terdengar penuh harap, seakan ada yang mau dia utarakannya kepadaku.
Raut wajah kesedihan yang dihiasi bekas tetesan air matanya tidak dapat menghilangkan sedikitpun kecantikannya. Hanya, tatapannya masih memperlihatkan bahwa penderitaan yang dialaminya seakan tidak pernah berakhir.
Akupun kembali ketempat dudukku semula, kali ini aku berharap dia mengatakan semua tentang siapa sebenarnya dirinya kepadaku.
“sebelumnya... Kami sangat bahagia ketika ayah membelikan aku dan ibuku rumah sederhana yang dikelilingi taman yang indah dengan harga sangat murah dari koleganya...” kenangnya sembari tatapannya lurus kedepan. Aku mencoba mendengarkan kisahnya dengan seksama.
“tapi... Kebahagiaan kami tidak begitu lama, Malapetaka terjadi sewaktu... aku bermain-main di taman... Saat itu... aku tidak melihat ada sumur tua dan kering yang tidak terpakai dibelakang rumah....” raut mukanya kini berubah tegang. 😟
“...Ketika aku berlari-lari di sekitar sumur itu... Tiba-tiba... aku tersandung.. tubuhku terpental dan.. terjerembab kedalam sumur itu...” kedua mata gadis itu kembali mengeluarkan butiran-butiran air. 😢
“Pandanganku menjadi gelap, kepalaku pusing... Dan aku... Tidak tahu apa yang terjadi pada diriku saat itu... Hu... Hu.. Hu...” kini dia kembali menangis pilu, seakan ada sesuatu yang sangat mengerikan saat kejadian yang dialaminya saat itu. 😢
“sudahlah... jika kisahmu itu membuatmu teringat lagi kejadian yang membuatmu menjadi sedih, jangan diteruskan... Sungguh aku ikut menyesal dengan kejadian yang kau alami saat itu... Tapi, yang terpenting... sekarang kamu sudah aman sekarang...” aku mencoba menghiburnya. 😓
“aman..? Bagaimana kamu bisa bilang begitu?” dengan mendongakan kepala, dia menatap tajam kepadaku. ðŸ˜
“ma'af... Tapi... Memangnya ada masalah apa lagi yang sebenarnya kamu alami?” tanyaku keheranan. 😪
“jadi... kamu belum mengerti juga rupanya...” katanya sembari bangkit berdiri dari bangkunya,
“Malahan... Sampai saat inipun... Aku belum keluar dari sumur keramat itu....!!!” 😪