Mari jadikan musik Indonesia go internasional. Kalimat itu terdengar aneh dan lucu ditengah kebisingan musik barat kok malah bilang go internasional. Apanya yang International orang kita sendiri memainkan musik barat. Mereka mengidentifikasikan musiknya bukan sebagai musik negeri ini, tapi (sekali lagi) musik barat sehingga kalimat ajakan untuk meng-go internasional kan musik negeri ini sepertinya hanya cocok diucapkan dalam mimpi.
Nada Musik |
Lantas Siapa yang salah, tak ada yang salah. Musik kita tetap begini karena kita selalu di dicekoki musik musik barat, sehingga kita lupa bahwa kita di negeri ini pun begitu banyak musik yang bisa digali. Dan para musisi yang tak bisa disalahkan mereka terpaksa memainkan musik sesuai dengan selera pasar agar musiknya dapat diterima. Walhasil untuk meng-go internasional kan musik negeri ini memang begitu Kompleks. Di satu sisi berbenturan pada bisnis merebut selera konsumen dan di sisi lain Konsumen juga terlanjur terbiasa mendengar musik barat. Sehingga dari zaman Bapakmu sampai saat ini musik negeri Indonesia begitu begitu saja. Tidak ada perkembangan hanya jalan di tempat.
Karena itu jangan bermimpi musik negeri ini akan mendapat tempat di musik internasional kalau pada pagelaran musik budaya yang hadir hanya orang orang tua seorang musisi yang namanya minta dirahasiakan karena takut dianggap Saat Kau pernah berkata, "Silahkan pelajari gitar sampai kulit jarimu terkupas dan Mahir, tapi jangan harap mereka (musisi luar) akan melirik. Karena disana begitu banyak musisi yang tingkat skill dan penjiwaannya jauh di atas kita. Yang terpenting bukan bagaimana Mahir nya kita Memainkan gitar, tapi bagaimana menjadikan gitar itu memiliki kekuatan untuk dilirik oleh mereka."
Kekuatan musik, ya itulah yang kita butuhkan untuk go internasional. Dan kekuatan musik itu cuma ada di musik-musik etnik. Karena musik itulah identitas dan budaya kita. Jangan dibilang musik etnik itu kuno Rock, pop, Jazz, Blues, itu sudah ada sebelum kamu dan Bapakmu lahir tapi Kenapa tidak disebut kuno? Karena yang kuno itu bukan musiknya, tapi kitalah yang menjadikan musik itu terasa kuno dan ketinggalan zaman.
Lantas kalau musik-musik etnik terus Sisihkan dan menjadi 'gelandang' di negerinya sendiri, betapa bodohnya kita. Karena musik-musik tradisional sudah banyak dimainkan dibeberapa kafe di Bali. ada beberapa cafe yang menyajikan musik pop 45 dan ada 1 kafe Yang menyajikan musik khas tradisional Bali. Dan tahu tidak sebagian besar bule-bule itu lebih tertarik dengan sajian musik tradisional.
Karena musik tradisional itu nadanya-nadanya masih asing dam membuat para bule tertarik dan penasaran. Karena itu, selama musik etnik negeri masih 'sepi' dan hanya diminati oleh orang-orang tua, Jangan harap musik kita akan go international. Tak ada salahnya mempelajari memainkan dan menggemari musik barat tapi jangan melupakan musik tradisional kita sendiri.