Buat Renungan kita semua agar hidup lebih bermakna tanpa perlunya mengeluhkannya. Karena jika kita terus mengeluh, maka keluhan tersebut akan terus berputar-putar saja dengan diri kita tanpa menemukan jalan keluar.
Karena jaman now terbilang jaman yang serba aneh, mungkin bisa menjurus sedikit nyeleneh. Banyak kata baru yang muncul secara tiba-tiba kemudian booming dan muncul kepermukaan. Contohnya seperti kata Selfi, lebay, gacor, nyinyir dan masih banyak yang lainnya.
Well, jaman now mungkin sudah selayaknya kita banyak merenung dan mengevaluasi diri kedalam, bukan mengevaluasi kejelekan orang lain. Jaman now harus mulai berbenah dari dalam diri kita. Sebelum kita terlambat karena dijemput oleh malaikat maut.
Dan mungkin sedikit kisah berikut bisa menjadi inspirasi kedepannya, agar kita bisa keluar dari lingkaran yang bernama keluhan.
By the way, ada seorang dermawan yang dari atas gedung menebar uang pecahan :
Rp. 1.000
Rp. 5.000
Rp. 10.000
Rp. 20.000
Rp. 50.000
Rp. 100.000
Di bawah gedung, berkerumun banyak orang yang sibuk. Mereka saling berebut memunguti uang yang berserakan "tanpa ada yang peduli" sumber uang itu dari siapa..!
Suatu saat, Sang Dermawan naik lagi ke atas gedung tersebut dan kali ini beralih "menebar kerikil-kerikil kecil ke dalam kerumunan orang yang ada di bawah." Sontak terjadi keramaian. Ada yang terkena di kepala, bahu, tangan, punggung dan anggota tubuh lainnya. Mereka panik dan marah, menengadah ke atas berusaha "mencari tahu" dari mana sumber dari kerikil-kerikil tersebut dijatuhkan?
Itulah sikap dari kebanyakan manusia, saat Berkah (hal yang menguntungkan) datang, semua sibuk tanpa peduli siapa yang memberi dan sedikit sekali yang mampu berterima kasih dan mau mengucap syukur atas keberkahan tersebut. 🙏
Namun saat masalah datang, maka semua akan spontan mencari sumber masalah dan biang keroknya. Mereka akan serta-merta marah dan menyalahkan orang lain tanpa mau cari solusi lagi. "Apakah kita hanya mau menerima yang baik saja, tetapi tidak mau menerima yang buruk ?"
Tanpa mau tahu bahwa hidup ini sebenarnya sudah satu paket, baik dan buruk, senang dan susah, ada dan tiada semuanya satu kesatuan yang tak mungkin terpisahkan. Jadi, sunatullah itu berlaku jika kita mau sedikit merenungi atas apa yang terjadi.
Bila suatu ketika kita "kena giliran" menjalani hal-hal buruk dan susah, maka jalanilah dengan tabah dan tetap bersyukur, karena hanya itu kuncinya. Terimalah moment tersebut sebagai sebuah ujian dari Tuhan.
"Mau belajar sabar"
Nanti kita akan ketemu dengan orang-orang yang keras kepala kepada kita.
"Mau belajar mengampuni"
Nanti kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang menyakiti kita.
"Mau belajar memberi"
Sebentar lagi kita akan dihadapkan dengan orang-orang yang berkekurangan.
"Mau belajar rendah hati"
Tunggu saja, nanti akan ada orang-orang yang merendahkan diri kita.
Kabar buruknya, "hidup ini tak ada yang sempurna.
"Kabar baiknya, "kita tak perlu hidup yang sempurna untuk bisa menikmatinya..!
Apapun yang sedang kita hadapi, itulah proses belajar menjadi lebih bijaksana dan dewasa. Jangan marah dan menggerutu tapi belajarlah dan responlah dengan baik dan bijak.
HIDUP ADALAH PROSES PEMBELAJARAN dan !
Pembelajaran hanya bisa diperoleh pada situasi yang tidak sesuai harapan kita, bukan saat kita dalam kenyamanan dan berkelimpahan.
Jadilah "murid kehidupan" dengan belajar bersyukur dan mengambil hal yang positif dan negatif menjadi sebuah pembelajaran hidup dari setiap peristiwa yang kita hadapi.
Berusahalah sabar dalam kesedihan,
Berusahalah sabar dalam kekecewaan,
Berusahalah sabar dalam kesakitan,
Berusahalah sabar dalam musibah,
Berusahalah sabar dalam ujian hidup.
Sabar itu susah,
Sabar itu capek,
Sabar itu sakit,
Sabar itu bikin stres,
Akan tetapi, jika kita mampu melewatinya, maka sabar itu akan menjadi sebuah keindahan dan arti bagi sebuah kehidupan.
Ada kalanya dibutuhkan senyuman untuk menangis,
Ada kalanya dibutuhkan airmata untuk bahagia,
Ada kalanya dibutuhkan canda untuk melepas lelah,
Ada kalanya dibutuhkan penat untuk mengukur arti kedamaian,
Ada kalanya dibutuhkan "musuh" untuk menjadi korektor,
Ada kalanya dibutuhkan "teman" untuk berbagi.
Dengan berbagi, melatih kesabaran, dan menerima kenyataan hidup yang ada dengan penuh rasa syukur, kita sesungguhnya berjalan menuju kebahagiaan hidup yang kita dambakan, hidup yang ceria, damai, harmonis dan penuh sukacita dengan proses dan alur cerita yang berbeda-beda.
Selamat berlatih dan menjadi murid kehidupan yang baik dan lebih bijak lagi. Karena apa pun yang berada di depan kita hadapi depan tenang dan bijaksana.